Ticker

6/recent/ticker-posts

Pertarungan Harimau Muda Merapi (Bagian 8)

 



"Ha ha ha, kisanak yakin masih mau melawan kami, kami tidak mau tanggung jawab lho kalau kamu sampai kehilangan nyawa" kata Pancaka sedikit mengejek Abiyasa. "Bagaimana ini Adi Abiyasa, apakah kamu sudah tahu resikonya, apalagi badan kamu belum pulih benar setelah terkena racun dari Pancaka?" tanya Adinata meyakinkan. "Saya yakin mampu mengalahkannya kakang, saya juga ingin membalas kelakuan licik mereka terhadap saya dan Nimas Indraswari, saya ingin memberi pelajaran pada dua pendekar dari lereng gunung wilis ini" jawab Abiyasa mantap. "Baiklah kalau itu sudah menjadi kehendakmu, tapi berhati-hatilah, jangan sampai rasa dendam menguasai dirimu, itu hanya akan membuatmu tidak waspada dan kurang konsentrasi" nasihat Adinata. "Baiklah kakang, terimakasih atas nasehatnya, ijinkan saya untuk menyelesaikan pertarungan ini" jawab Abiyasa. "Baiklah, aku mendoakan yang terbaik untukmu" kata Adinata. Kemudian Adinata kembali ketempat duduk para tamu dan undangan.

"Ha ha ha, benar-benar cari mati kau ya, selanjutnya aku tak akan segan-segan lagi menghabisimu" teriak Pancaka dengan pongahnya. "Jangan banyak cakap, bersiaplah untuk menghadapi kehancuran nama besarmu" jawab Abiyasa dengan tenang. Abiyasa kemudian seperti menarik tombak pendek yang ia pegang dan ajaib, tombak pendeknya bisa menjadi dua dengan masing-masing tombak terdapat mata rantai dengan pisau yang tajam diujungnya. Pancaka sedikit terkejut namun karena sudah tertutupi akan kesombongannya ia sama sekali tidak menghiraukan senjata yang terbagi menjadi dua tersebut dan itu akan menjadi awal malapetaka bagi Pancaka dan juga Hapsari. "Majulah kalian berdua sekaligus, aku sudah siap untuk menghajar kalian" teriak Abiyasa dengan suara bergetar karena menahan amarah. Tanpa disadari, Abiyasa sangat marah dan khawatir karena Pancaka dan Hapsari telah melukai Inraswari dengan cara yang licik dan menggunakan racun. Dan Iapun bersiap untuk menuntut balas atas kecurangan sepasang pendekar dari lereng gunung wilis tersebut.

"Baiklah, rupanya kamu sudah bosan hidup, jangan salahkan kami" jawab Pancaka. "Sudah kakang, jangan banyak cakap, langsung kita habisi saja dia" kata Hapsari penuh amarah. Tanpa basa-basi keduanya langsung menyerang Abiyasa. "Jurus pedang rajawali" teriak keduanya secara bersamaan. Sepasang pedang rajawali meluncur deras kearah Abiyasa dan sangat sulit untuk dihindari. Namun tidak disangka Abiyasa tidak panik dan tersenyum. " Ha ha ha, hanya segitu saja kemampuan kalian sepasang pendekar dari gunung wilis" berkata Abiyasa. "Jurus tombak api melilit mangsa" teriak Abiyasa sambil menghadang serangan serangan sepasang pedang rajawali dengan kedua tombaknya. Dan anehnya kedua mata rantai dengan ujung pisau yang tajam mengeluarkan hawa panas yang luar biasa hingga berwarna kemerah-merahan. Para penonton pertandinganpun terkejut melihatnya.

Dalam sekejap mata, dua rantai tombak pendek yang merah membara telah melilit kedua pedang milik Pancaka dan Hapsari, tangan keduanyapun kepanasan, namun kedua pendekar dari lereng gunung wilis itu tidak mau melepaskan pedang mereka, dan dengan kecepatan yang tidak terduga, Abiyasa menarik kedua pendekar itu kearahnya dan dengan secepat kilat, ia langsung menendangnya dengan jurus tendangan halilintar, ciri khas perguruan tebing Breksi. Dan akibatnya sangat mengejutkan di luar perkiraan, kedua pendekar dari lereng gunung wilis itu terlempar keluar arena disertai muntah darah dan langsung pingsan seketika. Para penontonpun seketika terdiam namun kemudian setelah tersadar dari kekagetannya kemudian mengeluk-elukan Abiyasa. 
   
Bersambung

Posting Komentar

0 Komentar