Ticker

6/recent/ticker-posts

Sang Penerus (Bagian 5 )

Keesokan harinya ia kembali ke tepi hutan. Lagi-lagi Si Loreng mengajaknya masuk ke dalam hutan menuju ke gua. Dan anehnya di dinding goa, sudah ada tambahan 10 gambar yang merupakan satu rangkain jurus silat lanjutan. Adinatapun langsung mempraktikan semua jurus yang ada dalam gambar didinding goa tersebut. Dan ketika ia tertidur karena kelelahan, lagi-lagi ketika bangun ia sudah ada di kamarnya. Sudah hampir sebulan Adinata mempelajari gambar-demi gambar yang ada pada dinding goa tersebut. Dan entah kenapa, ketika ia memainkan seluruh rangkaian dari jurus silat tersebut, bumi serasa bergetar, meskipun masih lemah.

Sebulan kemudian, ketika Adinata kembali ke goa tersebut, ternyata gambar di dinding goa telah bersih dan berganti dengan gambar yang baru. Hari demi hari Adinata mempelajari setiap gerak yang ada pada jurus yang belum diketahui namanya tersebut, dan setiap ia berlatih dan memainkan jurus tersebut, getaran yang terjadi semakin terasa. Tidak terasa sudah hampir sebulan ia mempelajari rangkaian jurus yang kedua, dan seperti pada rangkaian jurus yang pertama getaran semakin terasa dan semakin kuat.

Hari-demi hari, bulan demi bulan, Adinata terus mempelajari semua jurus yang diperolehnya di dalam gua tersebut hingga tidak terasa sudah 10 bulan purnama dilewatinya. Dan ketika ia memainkan seluruh rangkaian dari jurus yang ada di dalam goa tersebut, terasa getaran bumi yang sangat kuat, bahkan bisa dikatakan seperti gempa bumi, bumi bergetar hebat serasa bergoyang-goyang dengan kuatnya.

Pada suatu hari Adinata seperti biasanya masuk ke dalam goa dan akan mempelajari jurus selanjutnya, namun ternyata sudah tidak ada lagi rangkaian gambar di dalam gua. Dalam hati ia bertanya-tanya, siapa sebenarnya yang telah menggambar jurus itu setiap harinya.

Ketika ia keluar dari gua, tiba-tiba munculah sesosok bayangan kakek tua berbaju putih. Usianya sudah sangat lanjut namun terlihat masih segar bugar. Adinatapun dengan sopan bertanya. "Kakek, apakah kakek yang selama ini menggambar jurus di goa tersebut?". "Iya cucuku, aku yang menggambarnya." jawab kakek berbaju putih tersebut. "Siapakah kakek ini dan kenapa kakek melatihku?" tanya Adinata dengan sopan. "Ketahuilah, aku adalah kakek gurumu, orang-orang biasa memanggilku dengan nama eyang Jagratara" jawab akek tersebut. "Oh, hormat baktiku untuk kakek guru eyang Jagratara" kata Adinata memberi hormat. "Iya cu, ku terima hormat baktimu". Terus terang aku sangat mengagumimu. Kamu bisa belajar dengan cepat, ketahuilah, ilmu yang kamu pelajari adalah Jurus Getar Bumi, dan kamu sudah menyelesaikannya" kata eyang Jagratara. "Terimakasih Eyang, telah bersedia melatih ananda mempelajari jurus yang sangat termasyur di tanah Mataram" kata Adinata dengan sopan. "Iya cucuku, gunakan dengan bijaksana dan jangan digunakan untuk kejahatan" lanjut eyang Jagratara memberi nasihat. "Semua petuah guru akan aku laksanakan" jawab Adinata dengan mantap. "Sekarang kembalilah ke padepokan cucuku, kamu sudah ditunggu Ki Satya di sana, semua orang mengkhawatirkanmu".

Bersambung

Posting Komentar

0 Komentar