Ticker

6/recent/ticker-posts

Sang Penerus (Bagian 7)

"Sudah, jangan terlalu banyak bacot bocah tengik, terima seranganku" kata Ki Gardapati dengan penuh kemarahan. "Silahkan tuan, saya sudah siap" jawab Adinata dengan penuh percaya diri. Ki Gardapati langsung menyerang Adinata dengan ganasnya. Namun tanpa disadari, ilmu silat adinata sudah jauh melampaui gurunya, Ki Satya. Maka dengan mudahnya adinata menghindari setiap serangan dari Ki Gardapati. 

Adinatapun melawan Ki Gardapati dengan jurusnya Getar Bumi. Jurus getar bumi merupakan perpaduan dari jurus silat tapak geledek dan tendangan halilintar. Setelah berulangkali menghindar dari serangan lawannya, Adinatapun mulai beralih menyerang dengan jurus barunya getar bumi. Dengan kelincahannya ia menyerang lawan dan menghindari setiap serangan lawan dengan cepat. 

Beberapa kali serangan adinata telah mengenai lawannya. Namun karena ia masih menggunakan sedikit kekuatannya, maka setiap serangannya tidak sampai membuat luka dalam. Ki Gardapati kemarahannya sudah sampai ubun-ubun. Ia merasa telah dipermainkan oleh adinata. Dalam kemarahannya ia telah bersiap-siap untuk mengeluarkan jurus pamungkasnya, tapak es.

Ki Gardapati mengambil kuda-kuda. Kedua tangannya direntangkan kemudian telapak tangan terbuka ke atas, seolah-olah sedang mengumpulkan hawa dingin yang ada di padepokan lereng merapi. Tidak berapa lama kemudian hawa yang sangat dingin seperti es sudah menyelimuti seluruh lingkungan padepokan lereng merapi. Semua yang sedang bertarung berhenti. Karena hawa dingin yang amat sangat, semuanya menggigil kedinginan.

Hawa dingin yang muncul dari tapak es ki gardapati, melebihi hawa dingin saat bertarung dengan adinata di tebing breksi. Hawa dingin saat ini sangat menyiksa. Tidak berapa lama semua orang ditempat itu mulai merasakan kedashyatan dari jurus tapak es. Semuanya menggigil kedinginan, bahkan ada yang mulai mengeluarkan darah dari telinga dan hidungnya.

Adinatapun tidak luput dari hawa dingin yang muncul dari jurus tapak es. Badannyapun mulai membiru. Sebelum badanya benar-benar membeku karena hawa dingin yang amat sangat, iapun bersiap-siap mengeluarkan ilmu pamungkasnya, jurus getar bumi.

Adinatapun memasang kuda-kuda. Ia memusatkan pikiran dan tenaganya untuk mengeluarkan jurus getar bumi. Tidak berapa lama kemudian tanah tempat terjadinya pertarungan bergetar hebat, seolah-olah sedang ada gempa yang sangat dashyat. Pohon-pohon bergoyang, burung-burung beterbangan. Genteng rumah banyak yang melorot. 

Tak disangka, jurus getar bumi yang sedang dipersiapkan adinata menimbulkan efek yang menguntungkan baginya. Hawa dingin yang menyelimuti padepokan lereng merapi perlahan-lahan memudar dan menghilang.

"Bersiaplah ke neraka, anak muda" teriak ki gardapati dengan penuh kemarahan sambil meloncat menyerang dengan mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Adinata yang diserang juga sudah bersiap-siap. Ia langsung membenturkan jurus getar bumi miliknya. Dua telapak tangan yang telah dilambari dengan puncak ilmu masing-masing beradu diudara dan akibatnya sangat mengerikan. Ki Gardapati langsung terlempar kebelakang, jatuh berguling-guling. Kemudian terkapar di tanah. Adinata lain lagi. Ia hanya mundur surut dua tiga langkah kebelakang namun tidak ada sesuatu yang terjadi dengannya. Badanya masih segar bugar.

Tiba-tiba ada sesosok bayangan kurus kering bertopeng yang seolah-olah terbang dan menyambar tubuh ki gardapati. Anak buah ki gardapatipun terheran-heran dan kebingungan kemudian perlahan-lahan pergi meninggalkan padepokan merapi.

Bersambung

Posting Komentar

0 Komentar