Ticker

6/recent/ticker-posts

Mengungsi ke Ledok Sambi (Bagian 6)

Malam harinya seluruh warga perguruan lereng merapi berkemas-kemas untuk mengungsi. Barang-barang yang dianggap berharga dan penting mereka bawa. Pakaian, uang, perhiasan mereka simpan dengan rapi. Seluruh warga perguruan lereng merapi telah bersiap mengungsi dibawah arahan Adinata, yang menjadi calon penerus perguruan lereng merapi. 

Pagi-pagi benar sehabis sholat subuh Ki Satya bersama seluruh rombongan bergerak menuju ke Ledok Sambi. Mereka semua berjalan kaki. Namun ada beberapa perbekalan terutama yang berukuran besar dibawa dengan menggunakan gerobak yang ditarik dua ekor sapi. Hawa lereng merapi yang sangat dingin tidak menyurutkan langkah mereka untuk terus bergerak menuju ke pedukuhan sambi. Di sebelah timur pedukuhan sambi terdapat ledok atau dataran rendah di pinggir sungai kecil yang airnya mengalir jernih.

Satu jam kemudian sampailah mereka di pedukuhan sambi. Sebelum menuju ke Ledok Sambi Adinata mengajak seluruh rombongan untuk mampir dulu kerumahnya. Ki Paramudyo dan Nini Darminah menyambut kedatangan Ki Satya beserta seluruh rombongan dengan ramah. "Marilah guru, kita masuk kedalam untuk sekedar beristirahat dan sarapan pagi". "Terimakasih Ki" jawab Ki Satya. "Adinata, persilahkan adik-adik seperguruanmu untuk beristirahat di pendopo, dan minta tolonglah kamu ke ibu-ibu di belakang untuk mempersiapkan segala sesuatunya" perintah Ki Paramudyo. "Baiklah Bopo, akan segera ananda laksanakan" jawab Adinata dengan sopan.

Di Dapur Ambarwati dan Maheswari menyambut Adinata dengan senyum semringah. "Nimas Ambarwati dan Nimas Maheswari, tolong dipersiapkan makanan dan minuman untuk saudara-saudara kita dari perguruan lereng merapi ya" kata Adinata. "Baik kakang" Ambarwati dan Maheswari menjawab secara bersamaan. "Ciye-ciye, Den Nata pinter memilih calon istri ini, sekaligus dua lagi, memang bang jago nih" goda ibu-ibu yang ikut gotong royong memasak di dapur. "Ah, simbok bisa saja" jawab Adinata sembari tersenyum. Ambarwati dan Maheswaripun tersipu malu.

Bersambung


Posting Komentar

0 Komentar