Ticker

6/recent/ticker-posts

Semburat Merah Jingga Di Kalibiru (Bagian 8)

"Ambarwati, sebenarnya kamu mau kemana, kenapa sampai dikeroyok oleh gerombolan itu?" tanya Adhinata. "Aku sebenarnya mau menjenguk orangtuaku di dusun Hargowilis kakang, aku khawatir dengan keselematan mereka karena aku dengar di tanah perdikan banyubiru ini sedang ada pemberontakan" jawab Ambarwati panjang lebar. "Kalau kamu mau kemana kakang, malam-malam kok ada disini?" tanya Ambarwati. "Sebenarnya aku mengemban tugas dari kerajaan Mataram untuk memadamkan pemberontakan di tanah perdikan kalibiru ini Nimas" jawab Adhinata. "Oh, begitu ceritanya kakang, tapi kan kabarnya pemberontakan disini dipimpin oleh para tokoh hitam dunia persilatan, jujur aku mengkhawatirkanmu kakang" kata Ambarwati sedikit resah. "Tenanglah Nimas, kakang tahu apa yang aku lakukan dan resikonya, semuanya sudah aku pikirkan masak-masak" jawab Adhinata berusaha menenangkan Ambarwati. "Syukurlah kakang, kalau begitu aku bisa sedikit tenang". "Eh, lalu kenapa kakang dan paman gembul menuju ke dusun Hargowilis" tanya Ambarwati kebingungan. "Sebenarnya kami lapar, jadi kami mau cari warung nasi di sana, saya dengar-dengar di sana meskipun malam hari masih ada yang buka" jawab Adhinata panjang lebar. "Iya den ayu, perut paman gembul sudah berbunyi dari tadi" kata Gembul. Adhinata dan Ambarwatipun tertawa bersama. "Ah, Gembul-gembul, makanan saja yang kamu pikirkan" kata Adhinata sambil bercanda.

"Kita sekarang langsung kerumahku saja, orangtuaku tentu sudah menungguku. Sekalian aku perkenalkan Kakang kepada kedua orang tuaku" kata Ambarwati. "Ciye-ciye, mau bertemu calon mertua niye" kata Gembul menggoda Adhinata dan Ambarwati. "Ah, paman gembul bisa saja" jawab Ambarwati tersipu malu. "Lalu makan malamnya bagaimana?" kata Gembul penuh tanda tanya. "Tenang saja, Bopo dan Biyung sudah masak yang spesial untuk kedatanganku" jawab Ambarwati meyakinkan.

Tidak berapa lama kemudian sampailah mereka bertiga di depan sebuah rumah yang paling besar di dusun Hargowilis. "Ini rumahku kakang" kata Ambarwati. Nampaknya orang tua Ambarwati adalah orang yang terpandang dan paling kaya di desa itu. "Bopo Biyung, ini aku Ambarwati". Ambarwati langsung sungkem pada Bopo dan Biyungnya. "Ambar, siapa mereka, apakah yang gagah dan tampan ini Anakmas Adhinata yang sering kau ceritakan itu?" tanya Biyung dari Ambarwati. "Iya Biyung, ini kakang Adhinata, dan ini paman Gembul, yang menemani kakang Adhinata selama di Banyubiru. "Sungkem ananda buat Bopo Biyung berdua" kata Adhinata dengan lemah lembut sambil sungkem. Gembulpun tidak lupa sungkem kepada Bopo Biyung Ambarwati.

"Kalian tentu sangat lelah di perjalanan, silahkan kalian mandi dan istirahat, biar Biyungmu dan Ambarwati menghangatkan makanan". "Terimakasih Bopo" jawab Adhinata. Adhinata dan Gembulpun segera mandi, berganti pakaian dan bersistirahat. Kebetulan Rumah Ambarwati besar dan banyak kamar yang kosong. Tidak berapa lama kemudian Ambarwati mengetuk kamar Adhinata. "Kakang, paman, makanan sudah siap, marilah ke ruang makan" kata Ambarwati. "Terimakasih Nimas,beruntung sekali kakang dan Gembul bisa datang kemari".

Di meja makan aneka hidangan telah terhidang di meja. Ada nasi putih, nasi jagung, gatot, thiwul, gudeg manggar, semur telur, ayam bakar, sayur lompong, hampir semua makanan ada di meja. Minumannyapun sangat lengkap, ada teh panas, kopi panas, wedang jahe, wedang sere, semuanya ada, tinggal pilih. Gembul berbinar-binar melihat semua makanan dan minuman yang ada dimeja. Tidak berapa lama kemudian mereka berlima Bopo dan Biyung, Ambarwati, Adhinata dan Gembul segera makan malam dengan lahap sambil bercerita panjang lebar tentang peristiwa malam itu.

Bersambung





Posting Komentar

0 Komentar