Ticker

6/recent/ticker-posts

Pemandangan Indah di Bukit Klangon (Bagian 8)

 


"Bapak-bapak" teriak anak kecil berbaju merah itu sambil menangis ketakutan. Mendengar teriakan anaknya, ayah anak kecil itu yang sedang asyik melayani pembeli kaget setengah mati mengetahui nyawa anaknya terancam. Padahal ia berada dikejauhan. "Siapa saja tolong anaku" teriaknya sambil lari secepat kilat berusaha menolong anaknya. Namun apa daya jaraknya lumayan jauh dan tidak mungkin sempat menolong anak itu. Menyadari petaka yang akan terjadi jika tidak segera bertindak, Adinata berpikir cepat. Ia juga berjarak lumayan jauh dari anak kecil tersebut. Adinata seketika meraung sekuat tenaga layaknya harimau yang sedang marah. "Grrr grrr". Suaranya begitu menakutkan. Sapi yang sedang mengamuk itu berhenti seketika. Adinata dan Dubalang Mudo segera berlari kencang mendekati anak kecil tersebut. Setelah terdiam sesaat, sapi tersebut bergerak lagi dan mau menyeruduk anak tersebut dan untunglah Adinata berhasil menyambar anak kecil tersebut tepat sesaat setelah sapi yang mengamuk berusaha menyeruduk anak kecil tersebut.

Menyadari serangannya luput dari sasaran, sapi yang sedang marah itu semakin mengamuk. Ia lalu berlari kesana kemari dan menyeruduk apa saja yang ada dihadapannya. Penduduk desa dan para pelancong yang akan menyaksikan pertandingan silat di bukit klangonpun lari tunggang langgang. Banyak warung-warung yang rubuh karena diseruduk sapi yang sedang mengamuk. Melihat hal ini Adinata tidak bisa tinggal diam. Ia akan melumpuhkan sapi yang sedang mengamuk itu bahkan bila perlu membunuhnya. Belum sempat Adinata bertindak Dubalang Mudo mencegahnya. "Tuan Adinata, ijinkan saya mengatasi amukan sapi itu" kata Dubalang Mudo. Adinatapun memandang Dubalang Mudo. Namun melihat Dubalang Mudo yang tenang ia percaya bahwa Ia bisa mengatasinya. "Silahkan Datuk, tapi tetap berhati-hatilah" pesan Adinata. "Terimakasih tuan" jawab Dubalang Mudo.

Dubalang Mudo segera meloncat ke tengah lapangan. Ia mengeluarkan kain merah dan melambai-lambaikan kearah sapi yang sedang mengamuk itu untuk menarik perhatiannya. Segera setelah menyadari kehadiran dubalang mudo yang melambai-lambaikan kain merah, sapi itu menjadi semakin marah. Dengan cepat ia berlari kearah Dubalang Mudo dan menyeruduknya. Dengan secepat kilat, Dubalang Mudo menghindar kesamping dari serudukan sapi itu, kemudian ia menangkap kedua kaki belakang sapi dan menjegalnya. Sapi yang sedang mengamuk itupun kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Dengan cepat dubalang mudo segera mengikat kedua kaki sapi agar tidak berontak. Penduduk desa dan para pelancong yang menyaksikan atraksi itu bersorak kegirangan dan kagum dengan ilmu beladiri yang dimiliki oleh Dubalang Mudo. Adinatapun turut bertepuk tangan dan menyadari bahwa ia tidak bisa meremehkan pendekar muda dari Andalas itu.

Bersambung

Posting Komentar

0 Komentar