Ticker

6/recent/ticker-posts

Pertarungan (Bagian 4)

Di tempat lain, di dapur umum, paman gembul sedang menemani nyi lastri memasak untuk persiapan pertarungan melawan gerombolan pemberontak. Paman gembul memperhatikan nyi lastri yang tampak sedih. "Ada apa dik Lastri, kenapa raut wajahmu kelihatan sedih?" tanya paman gembul keheranan. "Tidak ada apa-apa kakang" jawab nyi Lastri datar. "Jujurlah dik, aku siap mendengarkan, kamu tidak bisa berbohong dariku, kamu bilang tidak apa-apa tapi tatapan matamu mengatakan lain" tanya paman Gembul. "Iya kakang, jujur saja aku mengkhawatirkan keselamatanmu dan kelanjutan rencana pernikahan kita" jawab Nyi Lastri. "Oh, itu, tenanglah kamu dik, saya sudah belajar ilmu silat sama den Nata, Insyaallah semuanya akan baik-baik saja" kata paman gembul menghibur hati Nyi Lastri. "Oh begitu, syukurlah kakang, aku jadi agak tenang, tetapi kamu besok tetap harus berhati-hati ya" nasihat Nyi Lastri. "Siap tuan putri" jawab paman gembul sedikit bercanda. "Ah, kakang bisa saja" tersenyum nyi lastri sambil pura-pura memukul manja paman gembul. "Uhuy, jadi makan semur daging nih ye" para pemuda dan pemudi yang sedang asyik bekerja di dapur umum ikut menggoda nyi lastri.

Keesokan paginya para pemuda desa dan prajurit mataram, dengan dipimpin oleh Senopati Puspanidra, Adinata dan tak ketinggalan Ki Gede Aryaguna, dibelakangnya ada Ambarwati dan paman gembul. Mereka telah berada digaris depan memimpin pertarungan yang akan terjadi. Mereka menunggu para pemberontak datang dan menyerbu di pinggir lapangan dusun. Semuanya sudah siap siaga untuk bertempur. Perempuan dan anak-anak telah diungsikan ketempat yang aman.

Tidak berapa lama kemudian datanglah Ki Jangkung, Ki Gardapati, dan Ki Saraga, dibelakangnya ada Madhupa, murid ki Gardapati beserta anak buahnya. Mereka kini berhadap-hadapan dengan Ki Gede Aryaguna, Senopati Puspanidra, dan Adinata beserta Ambarwati dan paman gembul dibelakangnya.

Bersambung

Posting Komentar

0 Komentar