Ticker

6/recent/ticker-posts

Tantangan pendekar Andalas (Bagian 2)

"Kakang, kita jalan-jalan yuk, sekalian makan siang, aku dengar kabar ada warung nasi yang sangat enak di daerah pasar Turi" ajak Ambarwati. "Baiklah Nimas, aku juga ingin jalan-jalan menghirup udara segar. "Aku tidak diajak ya, sudahlah, kakang memang tidak pernah peduli sama aku" kata Maheswari ngambek dan sedikit merajuk. "Ayok Nimas, kamu aku ajak kok, ikutlah bersama kami, kamu kan sudah aku sayangi seperti adiku sendiri" ajak Ambarwati menenangkan Maheswari. "Wek, aku diajak , terimakasih mbakyu" ucap Maheswari seraya sedikit meledek Adinata. Adinatapun hanya tersenyum melihat tingkah Maheswari. Ki Paramudya dan Nini Darminah yang melihatnyapun ikut geleng-geleng kepala. "Den Ayu, saya dan paman Gembul boleh ikut ya" pinta Nyi Lastri. "Boleh Mbok, jalan-jalan bersama lebih menyenangkan daripada sendirian" jawab Ambarwati.

Pasar Turi jaraknya tidak terlalu jauh dari dusun Sambi. Jika berjalan kaki dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih satu jam perjalanan. Dikiri kanan jalan banyak petani yang menanam pohon Salak. Daerah Turi memang sangat terkenal dengan buah salaknya yang sangat manis. Sepanjang perjalanan mereka berlima bersenda gurau. Apalagi paman Gembul memang pintar melucu. Disepanjang perjalalan Ia terus melawak tiada henti. Adinata, Ambarwati, Maheswari dan Nyi Lastri terus tertawa tiada henti. "Sudah jangan melawak lagi, perutku sudah terasa sakit karena tertawa terpingkal-pingkal" kata Maheswari menghentikan lawakan paman gembul. "Iya nih, Kakang Gembul bikin sakit perut saja" ujiar Nyi Lastri menimpali.

Dalam perjalanan mereka berpapasan dengan satu rombongan yang berpakaian berbeda dengan orang kebanyakan di Mataram. Mereka tampak seperti pendekar dunia persilatan dari pulau lain. Adinatapun mengernyitkan dahi seolah-olah berpikir keras. "Apa yang sedang kamu pikirkan kakang?" tanya Ambarwati. "Saya sedang berpikir mereka siapa Nimas, dan ada urusan apa datang ke daerah Merapi sini, kakang khawatir mereka akan berbuat onar" jawab Adinata. "Kalau tidak salah, itu pakaian ciri khas pulau Andalas kakang, saya pernah di beritahu sama Bopo" Terang Ambarwati. "Oh, begitu ya, semoga mereka tidak membuat masalah disini" jawab Adinata.

Tidak berapa lama kemudian sampailah mereka berempat di Pasar Turi. Mereka langsung menuju ke sudut pasar. Disana terdapat warung nasi yang sudah sangat terkenal di daerah tersebut. Meskipun hanya olahan ndeso, tapi warung nasi ini malah ngangeni. "Kita duduk dipojok situ Kakang, tempatnya longgar dan kebetulan kosong" ajak Ambarwati. "Baiklah Nimas, mari Nimas Maheswari, paman gembul dan nyi lastri, kita duduk di pojokan sana" ajak Adinata..  "Paman Gembul, silahkan pesan semua yang kamu suka, mbok lastri juga jangan malu-malu, silahkan pesan yang disukai, jangan takut, ini semua ditraktir sama Kakang Adinata" kata Ambarwati menawarkan. "Nimas Maheswari, pesanlah apa yang kamu suka, mungkin masakan disini agak berbeda dengan tempatmu di pantai sana" kata Ambarwati menawarkan dengan ramah. "Terimakasih mbakyu, pasti aku akan pesan, sepertinya ada beberapa menu yang bikin aku penasaran karena tidak ada di daerah asalku" jawab Maheswari.

Bersambung

Posting Komentar

0 Komentar