Ticker

6/recent/ticker-posts

Tantangan pendekar Andalas (Bagian 4)

Adinata yang mendengar perbincangan dua orang penduduk desa yang sedang makan di warung mbok gandes  terkejut. "Maaf kisanak, saya tadi mendengar bahwa kalian membicarakan tentang pertarungan di bukit klangon, bisakah saya diterangkan yang sejelas-jelasnya?" tanya Adinata dengan sopan. "Oh, begini Den, tadi sebelum aden dan rombongan kesini sebelumnya ada rombongan pendekar yang mengaku dari pulau Andalas ingin mengajak bertarung dengan pendekar dari lereng merapi yang berjuluk Harimau Muda" kata Tejo menjelaskan. "Apakah mereka memperkenalkan nama atau julukannya kisanak?" tanya Adinata lagi. "Iya Den, mereka juga menamakan dirinya pendekar harimau dari gunung Kerinci" jawab Tejo lagi. "Terimakasih penjelasannya kisanak" kata Adinata meskipun sebenarnya ia belum puas dengan informasi yang didapatkan. "Sama-sama" jawab Ardi dan Tejo hampir berbarengan.

"Bagaimana ini kakang, ada yang mau mengajakmu bertarung itu, padahal kita tidak tahu ilmu mereka sampai tingkatan mana, apakah biasa-biasa saja ataukah sangat tangguh sehingga sulit untuk dikalahkan" kata Ambarwati khawatir. "Iya Kakang, aku juga khawatir, kalau terjadi apa-apa bagaimana?" kata Maheswari turut gelisah. "Tenangkanlah hati nimas berdua, kita tidak usah grusah-grusuh untuk menanggapinya, mari kita secepatnya kembali kepadepokan lereng merapi untuk bertukar pikiran dengan guru membahas masalah ini" kata Adinata menenangkan kedua calon istrinya. Ambarwati dan Maheswari hanya mengangguk. Mereka jadi tidak berselera makan.

"Paman Gembul, sisa makanannya dibungkus saja ya, kita harus segera kembali ke padepokan lereng merapi" kata Ambarwati kepada paman gembul. "Iya den ayu" jawab paman gembul. Ia paham dengan situasi yang sedang terjadi. Paman gembul dan istrinya segera bergegas menemui mbok gandes untuk meminta makanan yang sudah terlanjur dipesan untuk dibungkus saja. Mbok Gandes sedikit terheran-heran dengan perilaku tamunya namun ia tidak bertanya apa-apa. Dengan cekatan ia segera membungkus makanan yang masih tersisa di atas meja.

Tiba-tiba ada orangtua yang menghampiri Adinata. "Den, bukankah kamu Adinata putra dari Ki Paramudya yang berjuluk Harimau Muda dari Merapi?" tanya orang tua tersebut yang bernama Mbah Atmo. "Iya kek, tapi saya heran kenapa kakek mengenal saya, mohon maaf jika saya tidak mengenal kakek" jawab Adinata dengan sopan dan ramah. "Tidak apa-apa Den, perkenalkan saya mbah Atmo, sahabat ayahmu, waktu kecil bahkan saya sering mengendongmu" jawab Mbah Atmo. "Aduh, sekali lagi maaf ya mbah, saya jadi merasa bersalah sudah" kata Adinata menyesal. "Tidak masalah Den, saya dengar kamu ditantang bertarung sama pendekar dari Andalas ya, kakek yakin kamu pasti menang" kata mbah Atmo. "Terimakasih mbah, mohon doanya saja" jawab Adinata. "Hidup Harimau Muda; Hidup Padepokan Merapi, Hidup Ksatria Mataram" teriak penduduk desa yang sedang sarapan diwarung mbok gandes. "Terimakasih saudaraku semua, doa kalian tentunya akan menjadi kekuatan bagiku untuk menghadapi ujian ini" kata Adinata terharu dan merasa tersanjung atas dukungan penduduk desa.

Bersambung

Posting Komentar

0 Komentar