Ticker

6/recent/ticker-posts

Tantangan pendekar Andalas (Bagian 5)

Tidak berapa lama kemudian, Adinata, Ambarwati, Maheswari, paman gembul dan nyi lastri segera bergegas menuju padepokan lereng merapi. Mereka khawatir dengan adanya kabar kedatangan para pendekar dari Andalas. Mereka berlima bergegas menuju ke padepokan tanpa berkata apa-apa di jalan. Disisi lain di padepokan lereng merapi, Ki Satya sedang duduk beristirahat sembari mengawasi murid-muridnya berlatih silat di bawah bimbingan Bhadrika, Nismara, Wilalung dan Indraswari. Tiba-tiba Ki Satya dan murid-murid padepokan dikejutkan dengan rombongan pendekar yang berpakaian asing bagi mereka. 

Ki Satya beserta ke empat muridnya bergegas memberi sambutan. "Wahai kisanak, siapakah gerangan kalian sudi datang kemari?" tanya Ki Satya dengan sopan. Seorang pendekar yang usianya sudah setengah baya segera turun dari kudanya diikuti seluruh anak buahnya. "Perkenalkan tuan, namaku Datuk Rajo Awan, dan ini murid utama calon penerusku, Dubalang Mudo, kami datang dari pulau Andalas" jawab pemimpin rombongan tersebut yang ternyata adalah pemimpin perguruan silat Harimau Kerinci. 

"Perkenalkan juga nama saya Ki Satya, pemimpin padepokan lereng merapi. Ada apakah gerangan anda beserta rombongan jauh-jauh datang dari pulau andalas?" tanya Ki Satya keheranan. "Sejujurnya kami penasaran sekali  ingin menjajal ilmu dari Adinata, yang terkenal dengan julukan harimau muda dari Merapi, terus terang kami ingin merasakan kehebatannya" jawab Datuk Rajo Awan. "Oh, kalau untuk urusan itu saya belum bisa memberi keputusan, saya harus berembug dulu dengan murid saya, Adinata" jawab Ki Satya.

"Baiklah Ki Satya, kami mohon pamit dulu, saya akan menunggu kabar, sepekan kemudian saya akan kembali kesini lagi untuk menanyakan kejelasannya" kata Datuk Rajo  Awan. "Terimakasih atas pengertiannya. Kalian kan dari perjalanan jauh, mampirlah untuk sekedar beristirahat" kata Ki Satya menawarkan diri.

"Terimakasih, anda baik sekali, tapi kami sudah memutuskan untuk beristirahat dan menginap di Girpasang, tidak jauh dari sini" jawab Datuk Rajo Awan. "Syukurlah kalau begitu" kata Ki Satya lega.

Perkampungan Girpasang sendiri berada di kawasan lereng Merapi dengan jarak sekitar 4 Km dari puncak gunung. Karena berada di daerah perbukitan, hal ini membuat Girpasang sering kali tertutup kabut terutama pada sore hari. Mayoritas rumah di Girpasang berlantai tanah, berdinding ayaman bambu serta genting dari tanah. Tampak kayu atau bambu, kebun bunga, sayuran serta kandang ternak di perkarangan rumah warga.

Bersambung

Posting Komentar

0 Komentar